Sabtu, 02 Juli 2011

Pengertian Gempa dan Tsunami


Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Kata gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan.
Gempa bumi  tektonik disebabkan oleh perlepasan [tenaga] yang terjadi karena pergeseran lempeng tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik. Teori dari tektonik plate (lempeng tektonik) menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan, sebagian besar daerah dari lapisan kerak itu akan hanyut dan mengapung di lapisan seperti salju. Lapisan tersebut begerak perlahan sehingga berpecah-pecah dan bertabrakan satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya gempa tektonik.
Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempeng tektonik yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa bumi akan terjadi.
Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan tersebut. Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman  lebih dari 600 km.
Tsunami adalah istilah yang berasal dari bahasa Jepang yang kini telah menjadi istilah Internasional untuk menyatakan gelombang besar luar biasa yang datang menyerang tiba-tiba, menghempas ke pantai dan menimbulkan malapetaka yang hebat. Tsunami dapat terjadi akibat gangguan di dasar laut yangmenyebabkan perpindahan sejumlah besar air.

3
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih. Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun,  90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya  Gunung Krakatau. tahun 1883.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami. Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di  tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa centimeter hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.
A.    Tipe-tipe Gempa bumi dan Tsunami
a.       Gempa bumi Vulkanik (Gunung api)
Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempabumi. Gempa bumi tersebut hanya terasa di sekitar gunung api tersebut.
b.      Gempa Bumi Tektonik
Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempabumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh perlepasan [tenaga] yang terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik. Teori dari tectonic plate (lempeng tektonik) menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan, sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan hanyut dan mengapung di lapisan seperti salju. Lapisan tersebut bergerak perlahan sehingga berpecah-pecah dan bertabrakan dengan satu sama lainnya. Hal ini yang menyebabkan terjadinya gempa tektonik.
A.    Penyebab Gempa Bumi dan Tsunami
Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa bumi akan terjadi.
Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan tersebut. Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km.

Ada tiga penyebab utama timbulnya gelombang tsunami,yaitu:
Ø  Gempa bawah laut
Tidak semua gempa bawah laut menimbulkan tsunami, tsunami baru terjadi jika sampai terjadi dilokasi vertikal pada dasar laut, yang biasanya disebabkan oleh gempa kuat yang sumbernya relatife dangkal. Bila terjadi patahan atau sesar pada dasar laut, masa batuan yang amat besar amblas tiba-tiba, dan seluruh kolom air diatasnya juga ikut tersentak jatuh. Akibatnya permukaan laut akan melakukan gerak osilasi naik-turun untuk mencapai keseimbangan baru dan timbullah gelombang tsunami yang kemudian merambat kesegara arah dengan energy yang sangat besar.
Ø  Tanah longsor di dalam atau ke dalam laut
Apabila terjadi longsor di dasar laut, masa batuan pada sisi releng akan runtuh menimbuni lereng di bawahnya hingga koom air yang ada di atasnya juga terangkat. Tetapi akibatnya sama yakni menimbulkan gelombang tsunami pula.
  Letusan gunung api
Letusan gung api bawah laut juga dapat menimbulkan terjdinya gelombang tsunami, seperti letusan gunung Krakatau (1883) yang sangat terkenal itu,dan tercatat letusan gunung api terbesar. Tsunami yang ditimbulkan luar biasa besar dan malpetaka yang diakibatkan tak terkira hebatnya, sekitar 165 kota dan desa di pesisir pantai hancur luluh.

Tanda-tanda akan datangnya tsunami di daerah pinggir pantai adalah :
·         Air laut yang surut secara tiba-tiba.
·         Bau asin yang sangat menyengat.
·         Dari kejauhan tampak gelombang putih dan suara gemuruh yang sangat keras.

Tsunami terjadi jika :
·         Gempa besar dengan kekuatan gempa > 7.0 SR
·         Lokasi pusat gempa di laut
·         Kedalaman < 70 Km
·         Terjadi deformasi vertikal dasar laut

A.    Dampak Gempa Bumi dan Tsunami
Dampak secara fisik
·         Banyak orang yang kehilangan tempat tinggal.
·         Banyak warga meninggal dan luka-luka
·         Banyak warga yang kehilangan keluarga
·         Banyak warga yang kehilangan harta benda.
A.    Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami
Mitigasi Adalah tindakan-tindakan untuk mengurangi atau meminimalkan dampak dari suatu bencana terhadap masyarakat. Mitigasi bencana, menurut UU No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana, dalam hal ini ancaman gempa bumi, serta bertujuan mengurangi dan mencegah risiko kehilangan jiwa serta perlindungan terhadap harta benda dengan pendekatan struktural dan nonstruktural. Mitigasi bencana adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk pada semua tindakan untuk mengurangi dampak dari satu bencana yang dapat dilakukan sebelum bencana itu terjadi, termasuk kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan resiko jangka panjang. Mitigasi bencana mencakup baik perencanaan dan pelaksanaan tindakan-tindakan untuk mengurangi resiko-resiko yang terkait dengan bahaya-bahaya karena ulah manusia dan bahaya alam yang sudah diketahui, dan proses perencanaan untuk respon yang efektif terhadap bencana-bencana yang benar-benar terjadi.


 Mitigasi Bencana Tsunami
  1. Upaya Mitigasi Bencana Tsunami Struktural
Upaya struktural dalam menangani masalah bencana tsunami adalah upaya teknis yang bertujuan untuk meredam/mengurangi energi gelombang tsunami yang menjalar ke kawasan pantai. Berdasarkan pemahaman atas mekanisme terjadinya tsunami, karateristik gelombang tsunami, inventarisasi dan identifikasi kerusakan struktur bangunan, maka upaya struktural tersebut dapat dibedakan menjadi 2(dua) kelompok, yaitu :
  1. Alami, seperti penanaman hutan mangrove/ green belt, disepanjang kawasan pantai dan perlindungan terumbu karang.
  2. Buatan,
  3. Pembangunan breakwater, seawall, pemecah gelombang sejajar pantai untuk menahan tsunami,
  4. Memperkuat desain bangunan serta infrastruktur lainnya dengan kaidah teknik bangunan tahan bencana tsunami dan tata ruang akrab bencana, dengan mengembangkan beberapa insentif anatara lain Retrofitting dan Relokasi.
2.      Upaya Mitigasi Bencana Tsunami Non Struktural
Upaya Non struktural merupakan upaya non teknis yang menyangkut penyesuaian dan pengaturan tentang kegiatan manusia agar sejalan dan sesuai dengan upaya mitigasi struktural maupun upaya lainnya. Upaya non struktural tersebut meliputi antara lain :
  1. Kebijakan tentang tata guna lahan/  tata ruang/ zonasi kawasan pantai yang aman bencana,
  2. Kebijakan tentang standarisasi bangunan (pemukiman maupun bangunan lainnya) serta infrastruktur sarana dan prasarana,
  3. Mikrozonasi daerah rawan bencana dalam skala local,
  4. Pembuatan peta potensi bencana tsunami, peta tingkat kerentanan dan peta tingkat ketahanan, sehingga dapat didesain komplek pemukiman “akrab bencana” yang memperhaikan berbagai aspek,
  5. Kebijakan tentang eksplorasi dan kegiatan perekonomian masyarakat kawasan pantai,
  6. Pelatihan dan simulasi mitigasi bencana tsunami,
  7. Penyuluhan dan sosialisasi upaya mitigasi bencana tsunami dan,Pengembangan system peringatan dini adanya bahaya tsunami.